Rabu, 30 Mei 2012

Perkembangan Teknologi Komunikasi


PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Masa Depan Radio

Radio takkan pernah mati, karena peluang berkarirnya banyak." Itulah pernyataan Drs. Harley Prayudha M.Si.,General Manager Hard Rock FM dan I-Radio FM Bandung, saat menjadi narasumber pada acara Bincang-bincang Praktisi, Sabtu (18/6) di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bandung. Ia menjelaskan, SDM dibidang penyiaran harus memiliki pengetahuan akademis tentang penyiaran agar dapat berkembang di dunia penyiaran. Stikom Bandung lah tempat yang cocok untuk menggali pengetahuan dibidang broadcasting (penyiaran), radio maupun televisi. Acara bagian ke-2 dari seluruh rangkaian acara Unlock Your Future : Bincang Praktisi ini, mengangkat topik "Masa Depan Radio Siaran," karena melihat perkembangan teknologi informasi di Indonesia membuat geliat radio siaran kian menjamur, sekaligus memberikan gambaran mengenai peluang bekerja di dunia radio siaran yang saat ini banyak bermunculan radio berbasis internet. "Perkembangan radio digital berbasis internet - biasa disebut radio 2.0 - semakin membuka kesempatan untuk berkarir di dunia penyiaran, serta menepis anggapan kalau bisnis radio akan mati," tutur pemilik radio online www.Harleyradioshow.com ini. Nizar salah satu peserta menuturkan, acara ini sangat menarik karena dapat menambah wawasan baru, terutama seputar dunia penyiaran yang saat ini sedang berkembang.

Daya saing radio ke depan untuk dapat bertahan dalam persaingan ditentukan oleh kemampuannya dalam mengantisipasi perubahan. Demikian benang merah dalam diskusi yang berjudul “Optimalisasi IT dalam Mendukung Bisnis penyiaran”, yang diselenggarakan di Aula KPID DIY, 23 Juni 2011. Diskusi yang menghadirkan tiga narasumber, yaitu Tri Suparyanto (Anggota KPID DIY), Chandra Novriadi (Praktisi radio) dan Valen Riyadi (APJII) tersebut dipandu oleh S Rahmat M Arifin (ketua KPID DIY) sebagai moderator. Dalam diskusi yang merupakan kerjasama antara KPID DIY dengan Aliansi Wartawan Radio Indonesia (Alwari) ini dihadiri sekitar 65 praktisi radio se-DIY. Dalam paparannya, Tri Suparyanto menyatakan bahwa persaingan radio saat ini kian tajam, baik sesama radio atau dengan media lainnya. Persaingan internal radio sendiri kini sangat sengit, dimana dari hanya dalam bilangan 800-an radio dalam dekade lalu, saat ini berkembang lebih dari 2000-an radio baik yang sudah berijin maupun yang baru memproses.

Sementara itu, praktisi media Valen Riyadi memaparkan, hingga kini di DIY dan Jateng sekitar 20-an radio yang sudah bekerja sama dengan JogjaStreamers-portal yang digagasnya, untuk men-streamingkan siarannya melalui jaringan internet. Meski secara umum pengakses radio via internet tersebut belum sebanyak pendengarnya yang mengakses melalui free to air, namun prospek ke depannya cukup menjanjikan. Pembicara ketiga, Chandra Novriadi lebih mengungkapkan pengalamannya sebagai praktisi dalam mengintegrasikan internet dalam radio. Pengelola Jaringan Delta Female Indonesia (JDFI) ini menyampaikan banyaknya keuntungan yang didapat pengelola dengan mengintegrasikan internet dan radio. Selain spot yang didapat dari siaran free to air, iklan radio internet pun banyak yang bisa didulang. Walhasil, konvergensi dalam siaran radio ini mempunyai peluang melipatgandakan pendapatan dan keuntungan bagi pengelolanya. Dalam paparannya, praktisi senior ini mencuplik tagline radionya  saat ini (JDFI) yang mengaku bukan lagi sekadar radio tapi sebagai content provider.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa radio tdk akan pernah hilang dari kehidupan manusia karena manusia memerlukan informasi untuk mengetahui peristiwa-peristiwa terkini dan mengantisipasi berbagai perubahan jaman. Saat ini, manusia dihadapkan dengan begitu banyak informasi. Sementara, kesibukan sering menghambat upaya mengolah dan menimbang kredibilitas informasi untuk konsumsi sehari-hari. Hambatan ini sedikit teratasi dengan penyajian informasi dalam bentuk berita yang padat, singkat dan interaktif oleh radio.

Implikasi Televisi Terhadap Dunia Politik.
Televisi Dalam Dunia Politik
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional, semenjak pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pertama kali ditayangkan secara langsung di media televisi. Keberadaan media televisi di dalam dunia politik menjadi sangat dekat dan memiliki peran penting terhadap sistem politiknya. Karena beberapa stasiun televisi yang berlomba-lomba menghadirkan informasi sebanyak dan seaktual mungkin. Mulai dari acara talkshow, debat kandidat, dialog, atau poling sms. Telah merubah wajah seluruh sistem politik secara luas dengan pesat dan media televisi ini tidak hanya mempengaruhi politik dengan focus tayangan, kristalisasi atau menggoyang opini public, namun secara luas berdampak pada para politisi yang memiliki otoritas dalam memutuskan kebijakan public.
Media televisi dengan publisitas pemasangan iklan dan ulasan beritanya juga memiliki kemampuan yang kuat untuk secara langsung mempengaruhi meningkatnya jumlah dana dalam suatu kampanya politik. Begitu penting dan besarnya peran berita atau ulasan-ulasan media dalam suatu pemilihan umum, maka baik staf maupun kandidat politik sebenarnya telah menjadi media itu sendiri.
Begitu besar pengaruh dan peran media televisi dalam perpolitikan, hendaknya dimanfaatkan secara bijaksana. Terkadang seorang tokoh atau pihak tertentu yang masih bermasalah di masa silam atau kini nampak begitu kemilau dan tiba-tiba bersih sehingga masyarakat pun lengah dengan kepahitan yang pernah ada. Terus berputar pada masa lampau juga tidak akan mencerahkan bangsa ini, namun melupakan masa lalu juga bukan syarat bagi perbaikan diri, terlebih suatu bangsa.
Kelemahan media televisi ada pada kecendrungannya untuk lebih menyorot hal-hal yang ‘menghebohkan’ seperti huru-hara saat demonstrasi, reaksi elemen masyarakat terhadap kandidat tertentu dan sebagainya. Kecenderungan ini akhirnya mengabaikan substansi isu politik itu sendiri. Fenomena ini jauh-jauh hari telah ditegaskan oleh Patterson dan McClure (1976, dalam Oskamp dan Schultz,1998), “Network news may be fascinating. It may be highly entertaining. But it simply not informed.”
Media televisi memiliki kemampuan untuk ‘mengatur’ masyarakat, no what to think, but what to think about. Sehingga sering sekali media televisi menjadikan dirinya sebagai seorang ‘HAKIM’ yang memutuskan sesuatu tanpa pertimbangan hukum. Setiap penjelasan yang diberitakan merupakan sebuah kesimpulan dan pernyataan yang benar, hal ini memaksa masyarakat untuk menerima yang sudah tersaji dalam menu-nya. Dan hal seperti inilah yang terjadi dalam kancah dunia politik. Media televisi sering sekali melakukan ‘pembunuhan karakter’ terhadap seseorang yang diberitakan. Seperti peristiwa yang baru-baru ini terjadi, ketika pemerintah SBY-JK menaikan harga BBM, banyak yang tidak setuju dan menolak kenaikan BBM. Seluruh Mahasiswa Indonesia serentak melakukan ‘demo tolak BBM’ tapi pemerintah tidak mengubris sama sekali. Akhirnya demo berlanjut menjadi anarkis, banyak terjadi kerusakan, pembakaran dimana-dimana dan perkelahian mahasiswa dengan polisi tak bisa lagi dihindari. Pemerintah jadi ‘berang’ terhadap demo anarkis yang dilakukan mahasiswa, dan melakukan investigasi terhadap siapa yang ada dibalik semua ini. Setelah pemerintah mendapatkan beberapa ‘nama’ yang diduga terlibat dalam masalah ini. Tetapi media televisi sebagai informan masyarakat menguatkan ‘nama’ tersebut adalah pelakunya dan mengklaim bahwa adanya kepentingan politik dibalik dari semua ini. Apakah itu namanya bukan pembunuhan karakter, belum tentu berbuat sudah dikatakan bersalah.
Hendaknya media juga mendorong masyarakat untuk melakukan critical control, sehingga terjalin kerjasama yang benar-benar secara positif membawa manfaat dan kontribusi bagi kedua belah pihak : pihak media massa dan terutama, pihak masyarakat.
Orde Baru pada masa-masa Pemilu yang selalu penuh rekayasa itu, juga selalu memanfaatkan televisi dalam trik-trik politiknya. Melalui media televisi, Orde Baru membangun citra-citra yang mampu mengantar rakyat menilai negatif saingan-saingan politiknya. Televisi mampu membangun opini masyarakat lewat tayangannya berkali-kali. Sebagai contoh, Orde Baru selalu menayangkan kampanye-kampanye partai politik saat itu dalam latar belakang atau kondisi-kondisi rusuh. Kampanye Partai-partai politik saat itu selalu disertai suasana-suasana kekerasan, kerusuhan dan kebrutalan-kebrutalan sehingga mampu membangun opini publik bahwa partai-partai tersebut identik dengan kerusuhan. Citra negatif tersebut terbangun selama masa-masa kampanye akibat gencarnya televisi menyiarkan pemberitaan yang tidak berimbang dan sepihak.
Efek televisi dalam sistem politik
Televisi telah merubah wajah seluruh sistem politik secara luas dengan pesat. Media ini tidak hanya mempengaruhi politik dengan fokus tayangan, kristalisasi atau menggoyang opini publik, namun secara luas berdampak pada para politisi yang memiliki otoritas dalam memutuskan kebijakan publik. Media, dengan publisitas, pemasangan iklan dan ulasan beritanya, juga memiliki kemampuan yang kuat untuk secara langsung mempengaruhi meningkatnya jumlah dana dalam suatu kampanye politik. Begitu penting dan besarnya peran berita atau ulasan-ulasan media dalam suatu pemilihan umum, maka baik staf maupun kandidat politik sebenarnya telah menjadi media itu sendiri.
Masa Depan Televisi
Bagaimana masa depan Industri televisi? Berikut pandangan Wishnutama (40), Presiden Direktur yang membawahi 2 TV swasta nasional, Trans TV dan Trans 7. “Televisi itu, kan berkaitan erat dengan perkembangan teknologi. Dalam waktu dekat, televisi akan berubah,” Wishnutama mengawali perbincangan sambil mulai memantik korek. Lebih jauh Mas Tama -- sapaan akrabnya -- memaparkan, dalam perkembangan teknologi sekarang, salah satunya yang terbesar adalah free to air digital television. Stasiun televisi nantinya bisa menampung lebih dari 12 bahkan sampai 16 pilihan saluran. Begitu juga dengan jaringan televisi kabel yang sudah banyak digunakan orang. Ditambah televisi lewat internet, YouTube, dan lain-lain yang sudah marak.
“Bahkan siapa pun bisa membuat televisi lewat internet. Tinggal unggah di dunia maya, beri nama Televisiku, misalnya, bisa. Jadi persaingan sudah sangat keras,” simpul Tama, lulusan komunikasi di Universitas Mount Ida, Boston, AS. Bersamaan dengan itu, tantangan yang dihadapi pun bergeser. Bukan lagi soal perizinan dan semacamnya, melainkan konten. “Siapa yang mampu membuat acara yang baik, kontennya bisa diterima atau disukai, itu yang akan survive,” jelas Tama. Hanya saja ada satu hal yang mengganggunya. Tentang lembaga peratingan sekarang yang belum menjangkau “televisi-televisi tidak biasa” itu.
Beberapa tahun yang lalu, banyak timbul perdebatan mengenai lamanya kita mau menonton konten di handphone. Sekarang pertanyaan itu terjawab, semakin banyak orang yang mendownload video atau menonton TV lewat handphone kemanapun mereka pergi. Boxee, Roku, Netflix adalah pemain-pemain yang muncul untuk mengambil bagian dari irisan lezatnya kue revolusi industri TV.  Seiring dengan hebatnya kemajuan komputer dan internet selama dasawarsa terakhir, mendorong pula dikembangkannya teknologi TV untuk masa depan. TV masa depan itu disebut-sebut sebagai smart TV. Secara spesifikasi, mungkin kurang lebih sama seperti teknologi yang saat ini sudah kita lihat, yaitu resolusi layar 3D dan LCD, Seperti TV merek Samsung dan Sony. Samsung mendefinisikan smart TV sebagai TV yang mempunyai kemampuan menjalankan aplikasi, mempunyai kemampuan browsing web atau internet, kemampuan mencari yang mudah dan cepat untuk menemukan apa yang dicari, serta kemampuan untuk terhubung dengan media sosial. Samsung juga memperkirakan masa depan “smart” TV ini tergabung dengan media komunikasi lainnya seperti smartphone. Sony mendefinisikan smart TV sebagai teknologi yang terhubung untuk seluruh jaringan aplikasi,
Hiburan dan lain sebagainya, selain itu juga untuk berinteraksi dalam jaringan sosial dan terintegrasi baik secara internal maupun eksternal terhadap sistem penyedia materi lain seperti Google TV.
Belum lagi kehadiran TV commerce dimana penonton bisa langsung memesan selama acara berlangsung dengan hanya mengklik, menekan tombol remote TV ataupun hanya dengan satu sentuhan tangan saja. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap cara berbelanja kita. Melihat itu semua, adalah saatnya bagi kita berinovasi dan bereksperimen untuk mengambil kesempatan yang terbentang luas di depan mata.


















Referensi

·         http://www.avicennacenter.com/iklan-politik-televisi
·         http://ibrahimjr.wordpress.com/
·         http://srimarlina.wordpress.com/2010/05/06/bagaimanakah-masa-depan-tv/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts