MELALUI
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN
DAPAT
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA
MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA
DI KELAS
V SD NEGERI 2 BORO-BORO
KABUPATEN
KONAWE SELATAN
PROPOSAL
FITRIANI
A1B4 08 151
fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan
universitas HALUOLEO
kendari
2011
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan
panitia Ujian Skripsi pada Program Studi S1 PGSD Jurusan
Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo.
Kendari, Oktober 2011
Pembimbing I Pembimbing
II
Drs. Rimba Hamid, M.Si Damhuri, S.Pd., M.P
NIP. 19690801 199403 1 001 NIP. 19750716 200604 1 002
Mengetahui,
a.n Dekan
FKIP
Ketua
Jurusan Ilmu pendidikan
Drs.
La Anse, S.Pd., M.Pd
NIP.
19561231 198503 1 019
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan dan diterima oleh Panitia Ujian
Skripsi pada Program Studi S1 PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo.
Hari/tanggal : Kamis, 6 Oktober 2011
SK
Dekan No :
398/SK/H29.1/PP/2011
Panitia
Ujian
Ketua/anggota : Drs. Amiruddin B., M.Kes (………………………)
Sekretaris/anggota : Dra. Sitti Kasmiati, M.Si (………………………)
Anggota : 1. Drs. Aceng Haetami, M.Pd (………………………)
2. Dra. Dorce B.P., M.Pd (………………………)
3. Drs. Rimba Hamid, M.Si (………………………)
4. Damhuri, S.Pd., M.P (………………………)
Kendari, Oktober 2011
Disahkan
Oleh:
Dekan
FKIP Unhalu
Dr.
H. Barlian, M.Pd
Nip.
19590927 198603 1 004
ABSTRAK
Fitriani (A1B4 08 151), ”Melalui
Penerapan Metode Eksperimen Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok
Sifat-sifat Cahaya di Kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan”. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: apakah hasil belajar siswa pada materi
pokok Sifat-sifat Cahaya dapat ditingkatkan melalui penerapan metode eksperimen
di kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan. Manfaat penelitian ini adalah: (1) bagi guru: dengan mengadakan penelitian tindakan kelas guru dapat
mengetahui metode yang tepat sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di kelas, agar permasalahan yang dihadapi oleh
siswa maupun oleh guru dapat diminimalkan, (2) bagi siswa: dapat meningkatkan
hasil belajarnya terhadap mata pelajaran IPA pada materi pokok Sifat-sifat
Cahaya, (3) bagi sekolah: penelitian tindakan kelas dapat memberikan masukan
yang baik bagi sekolah untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran IPA. Berdasarkan
hasil tes tindakan siklus I diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara klasikal
terhadap materi pelajaran sebesar 71,87% atau sebanyak 23 siswa yang memperoleh
nilai > 70 dengan nilai rata-rata 69,81 sedangkan hasil evaluasi tindakan
siklus II diperoleh bahwa hasil belajar siswa secara klasikal terhadap materi pelajaran sebesar 87,50% atau
sebanyak 28 siswa yang memperoleh nilai > 70 dengan nilai rata-rata 73,81.
Dari hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada setiap siklus tindakan, maka
dapat disimpulkan melalui melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya siswa kelas V SD
Negeri 2 Boro-Boro.
Kata Kunci: Metode
Eksperimen, Sifat-sifat Cahaya dan Hasil Belajar
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti
panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas
rahmat dan hidayat yang diberikan kepada peneliti sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
Peneliti menyadari bahwa seluruh rangkaian kegiatan penelitian mulai
dari tahap penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi ini senantiasa
mendapat bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Drs. Rimba Hamid, M.Si selaku pembimbing I dan Damhuri,
S.Pd., M.P, selaku pembimbing II atas segala waktu yang
diluangkan untuk membimbing dan memberikan arahan-arahan kepada peneliti hingga
selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga peneliti haturkan kepada berbagai pihak yang
langsung maupun tidak langsung membantu peneliti terutama kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Haluoleo.
2. Dr. H. Barlian, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Haluoleo.
3. Drs. La Anse, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
4. Dra. Dorce Banne Pabunga, M.Pd selaku ketua Program Studi PGSD.
5. Dosen serta staf administrasi dalam lingkungan FKIP Universitas
Haluoleo.
6. Dewan guru SD Negeri 2 Boro-boro yang turut membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini.
7. Sahabat-sahabatku: Sahriatin, Indrawati, Evayana, Dwisartika Saputri,
Sarfaena, Lena Fatmawati dan Waode Sitti Arnis.
8. Saudara-saudaraku: Sudarsi, SP., Sudarni A.Md.Pely., Sudarmin, A.MG.,
Hariati, Sudarno dan Salsa Shabila Lestari.
Terkhusus tulisan ini kupersembahkan
sebagai tanda bukti kesyukuran kepada Allah Azza Wajalla dalam menuntut ilmu
dan ungkapan rasa sayang yang tak terhingga kepada ayah dan bunda tercinta Sunusi Supu dan Sennang yang senantiasa memberikan inspirasi, semangat, motivasi dan
do’anya yang begitu berarti dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik dari
semua pihak yang telah turut membantu peneliti dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Kendari, April 2011
Peneliti
Daftar
isi
Halaman Judul ........................................................................................ i
Halaman peRSETUJUan ......................................................................... ii
Halaman PENGESAHAN.......................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
Daftar isi .................................................................................................... vii
BAB I Pendahuluan
A.
Latar Belakang .......................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C.
Tujuan Penelitian ……............................................................. 4
D.
Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
BAB II Kajian
Pustaka
- Kajian Teori ............................................................................... 6
- Kajian Empiris............................................................................ 20
- Kerangka Berpikir...................................................................... 21
- Hipotesis Tindakan..................................................................... 22
bab iii METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian........................................................................... 23
B.
Setting Penelitian ....................................................................... 23
C.
Faktor yang di Teliti................................................................... 23
D.
Definisi Operasional dan Indikator
Penilaian ............................ 23
E.
Rencana Tindakan...................................................................... 24
F.
Sumber, Jenis dan Teknik
Pengambilan Data............................. 27
G.
Tehnik Analisis Data.................................................................. 27
H.
Indikator Kinerja ....................................................................... 28
bab iV hASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian........................................................................... 29
B.
Pembahasan................................................................................ 37
bab V kesimpulan
dan saran
A.
Kesimpulan................................................................................. 44
B.
Saran........................................................................................... 44
Daftar pustaka ....................................................................................... 45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan
adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya
bidang pendidikan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang
disengaja dan terencana untuk membantu meningkatkan prestasi dan kemampuan
siswa agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, salah satunya adalah
perbaikan proses pembelajaran.
Kegiatan
pembelajaran sebagai bagian dari proses pendidikan, sering mendapatkan beberapa
masalah yang menjadi penghambat majunya pendidikan. Diantaranya adalah
kurangnya motivasi belajar siswa, yang berakibat pada rendahnya hasil belajar,
sehingga berakibat pada rendahnya mutu lulusan sekolah. Hal ini merupakan
masalah yang harus dicarikan solusinya.
Pembelajaran
di sekolah dasar, khususnya pada pembelajaran IPA, terkadang guru masih
menemukan masalah yakni kurangnya minat siswa dalam mempelajarinya karena dalam
pembelajaran IPA selama ini identik dengan pembelajaran yang didominasi
kegiatan menghafal. SD Negeri 2 Boro-Boro sebagai salah satu SD Negeri yang ada
di kecamatan Ranomeeto merupakan sekolah yang memiliki masalah dalam proses
pembelajaran IPA selama ini, dimana dalam pembelajaran IPA, guru masih
menerapkan pembelajaran konvensional. Hal ini mengakibatkan siswa tidak mampu
mengembangkan pemahaman IPA yang seharusnya mudah jika dalam pembelajaran
menerapkan metode yang tepat, misalnya metode eksperimen. penerapan metode
eksperimen mengharapkan siswa secara langsung aktif dalam kegiatan melihat
fenomena-fenomena alam yang merupakan bagian dari IPA. Beberapa masalah pembelajaran
di atas, mengakibatkan pembelajaran IPA kurang begitu menarik bagi siswa.
Berdasarkan
data perolehan nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) siswa kelas VI SD Negeri 2
Boro-Boro tiga tahun terakhir, mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang
relatif rendah. Tahun ajaran 2006/2007 jumlah 25 siswa, 7 siswa memperoleh
nilai ≥ 70 atau 28% yang tuntas belajar. Tahun ajaran 2007/2008 jumlah 30
siswa, 12 siswa memperoleh nilai ≥ 70 atau 40% yang tuntas belajar. Tahun
ajaran 2008/2009, jumlah 25 siswa, 9 siswa memperoleh nilai ≥ 70 atau 36% yang
tuntas belajar.
Begitu
pula data hasil belajar siswa pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya di kelas V
SD Negeri 2 Boro-Boro tahun ajaran 2010/2011 masih banyak siswa yang tidak
mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM yang ditetapkan oleh pihak
sekolah yaitu minimal 70% siswa memperoleh
nilai ≥ 70. Jumlah 32 siswa kelas V hanya 17 siswa yang memperoleh nilai
≥ 70, atau hanya 53,12% yang tuntas belajar, sedangkan 15 siswa lainnya atau 46,88%
masih berada di bawah ketuntasan belajar, akibatnya mereka harus belajar
remedial. Untuk mengatasi hal ini metode eksperimen perlu dicobakan dalam
pembelajaran IPA karena dalam pelaksanaannya siswa secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran. Pengalaman siswa ketika melakukan kegiatan eksperimen
dapat menumbuhkan motivasi tersendiri untuk belajar lebih baik sehingga tujuan
pembelajaran dan target KKM secara klasikal dapat tercapai.
Metode eksperimen sangat cocok diterapkan
pada pembelajaran IPA khususnya pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya karena
konsep pada pokok materi Sifat-sifat Cahaya berkaitan langsung dengan kehidupan
sehari-sehari sehingga untuk memahami konsep tersebut guru tidak cukup hanya
dengan memberikan penjelasan langsung kepada siswa tetapi juga harus melalui
praktek atau percobaan sendiri yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa akan
lebih memahami dan percaya atas kebenaran konsep atau kesimpulan setelah
melakukan percobaan yang dilakukannya sendiri. Metode eksperimen dapat diartikan sebagai suatu metode
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan praktikum. Dengan penerapan metode
pembelajaran tersebut diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam kinerja
guru dalam mengoptimalkan aktivitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswanya.
Berdasarkan
uraian tersebut penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Melalui
Penerapan Metode Eksperimen dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Pokok Sifat-sifat Cahaya di Kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe
Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa
pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya dapat ditingkatkan melalui penerapan metode
eksperimen di kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya melalui penerapan metode eksperimen di
kelas V SD Negeri 2 Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi
guru: dengan mengadakan penelitian tindakan kelas guru dapat mengetahui metode
yang tepat sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran
di kelas, agar permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun oleh guru dapat
diminimalkan.
2. Bagi
siswa: dapat meningkatkan hasil belajarnya terhadap mata pelajaran IPA pada
materi pokok Sifat-sifat Cahaya.
3.
Bagi sekolah: penelitian tindakan kelas
dapat memberikan masukan yang baik bagi sekolah untuk memperbaiki kualitas
proses pembelajaran IPA.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian
Teori
1. Konsep Belajar dan Pembelajaran
Inti dari kegiatan pendidikan adalah suatu proses belajar, karena
dengan belajar tujuan pendidikan akan tercapai. Oleh karena itu kegiatan
belajar sangat penting karena berhasil tidaknya seseorang untuk menempuh
pendidikan sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan belajarnya. Melalui
proses belajar seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya maupun
yang ada pada lingkungannya guna meningkatkan taraf hidupnya.
Menurut Gredler dalam Angkowo (2007:47) belajar adalah suatu perubahan
yang telatif dan permanen dari suatu kecenderungan. Hamalik (2003:27)
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingatkan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.
Menurut Winkel dalam Angkowo (2007:48) belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menghasilkan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan perubahan yang
bersifat relatif konstan dan berbekas. Selanjutnya Slameto (2003: 2) menyebutkan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungannya.
Dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang mengakibatkan
bertambahnya pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh dari
interaksi individu dengan lingkungannya.
Teori
Gagne menganggap belajar sebagai suatu proses yang memungkinkan seorang
mengubah tingkah lakunya cukup tepat dan perubahan tersebut bersifat relatif
sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi
situasi baru. Model belajar Gagne meliputi:
a.
Mengaktifkan motivasi.
b.
Memberi tahu pembelajaran tentang
tujuan-tujuan belajar.
c.
Mengarahkan perhatian.
d.
Merangsang ingatan.
e.
Menyediakan bimbingan belajar.
f.
Membantu transfer belajar.
g.
Memperhatikan dan memberi umpan balik.
Dari
uraian di atas maka pembelajaran IPA Kelas V SD dengan metode eksperimen sangat
relevan. Melalui kegiatan eksperimen siswa dapat dilatih untuk melakukan
kegiatan ilmiah dan berfikir ilmiah. Sebagai hasil belajar siswa tidak saja berupa
pengetahuan tetapi juga dapat mengembangkan sikap ilmiah dan nilai ilmiah.
Konsep pembelajaran dalam dunia pendidikan dewasa ini
terus berkembang seiring dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pemahaman istilah
”pembelajaran” tidak terbatas pada kegiatan guru mengajar atau membelajarkan
siswa di kelas, tetapi telah digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang
spesifik, misalnya pembelajaran berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual,
pembelajaran terpadu, pembelajaran tematik, pembelajaran konvensional,
pembelajaran kooperatif, dan sebagainya.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai
produk interaksi berkelanjutan antara pengmbangan dan pengalaman hidup. Dalam
makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber
belajar lainya) dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009: 17).
Winkel dalam Slameto (2007: 50) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang
dirancang untuk mendukukng proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara saksama dengan maksud
agar terjadi belajar yang berhasil guna.
Pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan
dikendalikan pelaksanaannya.
Menurut Soemosasmito dalam Trianto (2009: 20) suatu pembelajaran
dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran,
yaitu:
1)
Presentasi waktu belajar siswa
yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;
2)
Rata-rata perilaku melaksanakan
tugas yang tinggi diantara siswa;
3)
Ketetapan antara kandungan materi
ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan
4)
Mengembangkan suasana belajar yang
akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas
yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4).
Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi
dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi
(transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2.
Hasil Belajar IPA di SD
Arifin
(2003:13) menyatakan hasil belajar diartikan sebagai suatu tingkatan
keberhasilan yang dicapai pada akhir suatu kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya Arikunto
(2005:21) memberikan pengertian hasil belajar sebagai suatu hasil yang
menggambarkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Menurut Sudjana
(2000:40) hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Sedangkan Arikunto
(2005:10) menyatakan tujuan pengukuran hasil belajar adalah sebagai berikut:
(1) mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang dicapai oleh siswa
dalam kurun waktu tertentu, (2) mengetahui posisi atau kedudukan siswa dalam
kelompok kelasnya, dan tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar dan (3)
mengetahui tingkat dan daya guna model mengajar yang telah digunakan guru dalam
proses belajar mengajar.
Hasil
belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah
mengalami proses belajar-mengajar, dimana untuk mengungkapkannya biasanya
menggunakan suatu alat penilaian yang dibuat oleh guru, seperti tes
evaluasi. Hal
ini dimaksudkan untuk memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan
(Arifin:2003:47).
Sehubungan
dengan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil
belajar untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan
mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang dikuasai siswa serta untuk
mengetahui efektivitas model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar
mengajar.
Hasil belajar
keterampilan proses dilakukan dengan hasil belajar :
a.
Hasil belajar perbuatan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menguasai beberapa keterampilan tertentu.
b.
Hasil belajar sikap dilakukan melalui
pengamatan cara kerja anak, selama melakukan kegiatan dan menguji coba alat
kerja.
c.
Hasil belajar hasil kerja anak lebih
menekankan pada proses dan perilaku sikap teknologi bukan hanya menilai produk
saja. (Depdikbud, 1999 : 109-110).
Hasil
belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar.
Hasil belajar yang berkualitas dapat diketahui apabila dalam diri individu
terjadi suatu perubahan perilaku ke arah yang lebih baik atau sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Menurut Ahiri (2008:2-5) hasil belajar dibagi menjadi tiga
macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan
dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat
diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah, Sedangkan menurut Reigeluth
dalam Ahiri, (2008:4) mengatakan
bahwa hasil belajar dapat diukur dari tinggi rendahnya kemampuan belajar
seseorang yang ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku sebagai hasil
pengalaman.
Bloom dalam Ahiri, (2008:5-7) mengelompokkan hasil belajar atas 3 aspek,
yaitu:
a.
Aspek kognitif berhubungan dengan
perubahan pengetahuan.
b.
Aspek afektif berhubungan dengan
perkembangan atau perubahan sikap.
c.
Aspek psikomotor berhubungan dengan
penguasaan keterampilan motorik.
Aspek kognitif memfokuskan pada
kemampuan berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah, pada aspek afektif
berkaitan dengan nilai dan sikap, minat dan apresiasi. Sedangkan aspek
psikomotor berkaitan dengan belajar yang dimiliki siswa meliputi cara-cara yang
berkaitan dengan mengikuti mata
pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok, mempersiapkan
ujian, menindak lanjuti hasil ujian, mencari sumber belajar, kondisi pribadi
siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, dan cita-cita.
Ada pun faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu :
1.
Faktor internal (dari dalam
individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi
kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang
belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor
psikologis, antara lain yaitu: motivasi,
perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2.
Faktor eksternal (dari luar
individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar
perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan
berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan
sikap (Angkowo, 2007 : 51).
Hasil belajar IPA siswa merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam
diri siswa setelah melakukan suatu proses belajar IPA Berdasarkan hasil belajar
yang dilaksanakan guru di sekolah, maka hasil belajar IPA siswa dituangkan atau
diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyataan verbal (kualitatif).
Hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 10, 9, 8, dan
seterusnya. Sedangkan hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk pernyataan
verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan sebagainya (Djuwairiyah, 2007:16).
3. Konsep Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) di SD
Dorongan ingin tahu telah terbentuk
secara kodrati mendorong manusia mengagumi dan mempercayai adanya keterampilan
pada alam. Hal ini mendorong munculnya sekelompok orang berfikir. Pemikiran
dilakukan secara terpola sehingga dipahami oleh orang lain. Dorongan ingin tahu
meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya. Penemuan yang dapat diuji
kebenarannya oleh orang lain dapat diterima secara universal. Dengan demikian
dari pengetahuan akan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan yang
didapat melalui percobaan, didukung oleh fakta menggunakan metode berfikir
secara sistematis dapat diterima sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya
disebut produk, sedangkan langkah-langkah dilakukan merupakan suatu proses.
Langkah-langkah atau proses ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi cara atau
metode memungkinkan berkembangnya pengetahuan. Ada hubungan antara fakta dan
gagasan. Pola memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah dianut orang
secara umum. Orang yang terbiasa menggunakan metode ilmiah berarti mempunyai
sikap ilmiah.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk
:
a.
Memberi pengetahuan tentang berbagai
jenis dan lingkungan alam dan lingkungan dalam kaitan dengan manfaatnya bagi
kehidupan sehari-hari.
b.
Mengembangkan keterampilan proses.
c.
Mengembangkan wawasan sikap dan nilai
yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d.
Mengembangkan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi.
e.
Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam
kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi. (Depdikbud, 1997 : 87).
Hal
yang penting diperhatikan guru dalam pembelajaran IPA adalah berusaha agar
siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk
dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil
temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan
teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang
dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai
implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa
alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai
proses. Siswa SD yang secara umum berusia 6-12 tahun, secara perkembangan
kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Tahapan ini
ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkrit/nyata. Siswa mulai mampu
berpikir logis yang elementer, misalnya mengelompokkan, merangkaikan sederetan
objek, dan menghubungkan satu dengan yang lain. Konsep reversibilitas mulai
berkembang. Pada mulanya bilangan, kemudian panjang, luas, dan volume. Siswa
masih berpikir tahap demi tahap tetapi belum dihubungkan satu dengan yang lain.
Uraian
di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan
adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang
berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus
dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Ada
beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh guru.
Prinsip tersebut antara lain: Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di
mulai melalui pengalaman baik secara indrawi maupun non indrawi.
Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran. Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.
Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran. Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.
Tugas
sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang
sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan
konsep yang lain. IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan
kedua aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang
menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat
pesat. Guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan memasuki
bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan cara-cara
mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta cara-cara
menarik kesimpulan.
4. Penerapan Metode Eksperimen
dalam Pembelajaran IPA
Keberhasilan proses pembelajaran tergantung
pada banyak faktor, salah satunya adalah metode mengajar yang dilakukan oleh guru.
Guru yang mengajar dengan metode yang tepat akan membuat siswa senang, tekun,
antusias, dan mudah memahami materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara optimal. Ada berbagai macam metode mengajar yang dapat
dilakukan oleh guru antara lain metode ceramah, diskusi, tanya jawab,
brainstorming, eksperimen, resitasi, demonstrasi, bermain peran, kerja
kelompok, dan karya wisata (media.diknas.go.id)
Salah satu metode mengajar
yang penting dan erat kaitannya dengan pembelajaran IPA adalah metode eksperimen.
Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar di mana guru bersama siswa
mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu.
Misalnya, ingin memperoleh jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara
yang lebih baik, mengetahui elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu
benda, ingin mengetahui apakah yang akan terjadi, dan sebagainya. Metode
eksperimen atau percobaan dapat diartikan juga sebagai suatu metode pemberian
kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu
proses atau percobaan (Adrian, 2004:8).
Setiap metode mempunyai
karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang
lain. Suatu metode baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun
situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi yang lain. Suatu
metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru
tertentu, belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Metode eksperimen pun
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan metode eksperimen:
1.
Metode ini dapat membuat siswa
lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri
dari pada hanya menerima kata guru atau membaca buku.
2.
Siswa dapat mengembangkan sikap
untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
3.
Metode ini dapat menumbuhkan dan
membina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan
hasil percobaan yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan Metode
Eksperimen
1. Membutuhkan peralatan yang sulit
didapat sehingga tidak semua siswa berkesempatan melakukan percobaan.
2. Eksperimen yang memerlukan waktu
yang lama akan membutuhkan waktu pembelajaran yang lama pula.
3. Metode eksperimen lebih sesuai untuk
menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi (Syaiful, 2000:196).
Eksperimen
adalah bagian yang sulit dipisahkan dari ilmu pengetahuan alam, dapat dilakukan
di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai arti penting
karena memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk persamaan dan kemauan
anak. Hal-hal yang diperhatikan dalam eksperimen adalah melakukan hal-hal
praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, member pengertian
sejelas-jelasnya tentang landasan teori yang akan dieksperimenkan.
Hal
yang harus diperhatikan oleh guru dalam menerapkan metode eksperimen antara
lain: guru harus melatih untuk melaksanakan metode ilmiah, perlu perencanaan
yang matang sebelum melakukan eksperimen, memerlukan peralatan yang harus
dipersiapkan terlebih dahulu, eksperimen menjadi gagal apabila kondisi
peralatan tidak cocok sehingga kesimpulan salah.
Adapun
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen adalah:
a. Menyampaikan
materi dan tujuan pembelajaran.
b. Memberikan
apersepsi.
c. Memotivasi
siswa.
d. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam eksperimen
e. Guru
membagi siswa dalam beberapa
kelompok.
f. Guru
menjelaskan materi yang akan dieksperimenkan.
g.
Guru
membagikan LKS yang telah disiapkan pada setiap kelompok.
h.
Siswa dengan bimbingan guru melaksanakan
eksperimen berdasarkan panduan dalam LKS yang telah dibagikan.
i. Pelaporan hasil eksperimen dan beberapa perwakilan
kelompok diminta mempresentasikan hasil eksperimennya serta kelompok lain
memberikan tanggapan.
j. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk
menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
k. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran.
Menurut Sulamah (2003:23) proses pembelajaran
IPA dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan
proses. Juga meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas
disimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam dapat berkembang pesat berkat metode
ilmiah. Proses pembelajaran IPA menurut keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Dengan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dapat
melatih siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya. Diharapkan metode
eksperimen dalam proses pembelajaran IPA akan dapat meningkatkan presentasi
belajar dan semangat belajar secara aktif pada siswa
5. Konsep
Pembelajaran Pokok Bahasan Cahaya dan Sifat-Sifatnya.
Cahaya didefinisikan sebagai radiasi yang dapat
mempengaruhi mata dan memiliki kecepatan sebesar 299,792,458 meter per sekon.
Cahaya merupakan energi terbentuk gelombang dan membantu kita untuk melihat.
Salah satu sifat cahaya adalah bergerak lurus ke semua arah. Hal ini dapat
dibuktikan dari berkas cahaya lampu senter, yang tampak sebagai berkas lurus,
sumber cahaya titik menghasilkan bayang-bayang di belakang benda tak tembus
cahaya (digunakan untuk menjelaskan peristiwa gerhana bulan dan gerhana
matahari). Posisi benda disekitar kita di simpulkan dengan menganggap bahwa
cahaya bergerak dari benda ke mata melalui lintasa lurus (Sumardi, 2009: 103).
Penalaran yang masuk akal tersebut membawa kita
pada model sinar cahaya. Model ini menganggap bahwa cahaya merambat melalui
lintasan garis lurus yang disebut sinar cahaya. Menurut Giancoli dalam Sumardi
(2009: 104) sinar merupakan suatu idealisasi, yang dipakai untuk menggambarkan
berkas cahaya yang sangat sempit. Menurut model ini, ketika kita melihat sebuah
benda, cahaya dari setiap titik pada benda itu mencapai mata kita meskipun
sinar-sinar cahaya meninggalkan setip titik pada benda dalam berbagai arah,
bisanya hanya seberkas kecil cahaya yang masuk ke mata.
Bila seberkas cahaya menumbuk permukaan suatu
benda maka cahaya tersebut dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda tersebut dan
diubah menjadi energi panas atau jika benda itu transparan seperti kaca atau
air, sebagian cahaya diteruskan melalui benda tersebut. Untuk benda-benda yang
berkilau seperti cermin, lebih dari 95% cahaya tersebut dipantulkan (Sumardi,
2009: 105).
Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah
permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda, seperti sebuah
permukaan kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan dan memasuki medium kedua,
perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan tersebut disebut pembiasan.
B.
Kajian Empiris
1. Irbawati
(2009) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa melalui penerapan metode
eksperimen pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan alam (IPA) pada materi pokok
energi panas di SD Negeri 1 Besulutu Kab. Konawe dapat ditingkatkan.
2. Syafrudin
(2009) menyimpulkan bahwa hasil
belajar siswa pada IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Wolulu Kabupaten Kolaka dapat
ditingkatkan dengan
menggunakan metode eksperimen.
3.
Sumarlin (2010) menyimpulkan bahwa melalui metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
V di SD Negerei 1 Molawe Konawe Utara.
C.
Kerangka Berpikir
Upaya untuk melakukan perbaikan dalam
proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya
adalah dengan perbaikan metode pembelajaran
yang digunakan guru dalam mengajarkan. Penggunaan metode pembelajaran tidak harus sama untuk
semua bidang studi, sebab dapat terjadi metode pembelajaran tertentu tidak cocok untuk mata pelajaran
yang lain.
Dalam proses pembelajaran IPA, guru
diharapkan mampu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Metode
eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa perorangan
atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan
metode ini siswa diharapkan sepenuhnya merencanakan, melakukan eksperimen,
menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel dan memecahkan
masalah yang dihadapinya secara nyata. Oleh karena itu, dengan menggunakan
metode eksperimen dalam proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian
ini adalah hasil belajar siswa pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya dapat
ditingkatkan melalui penerapan metode eksperimen di kelas V SD Negeri 2
Boro-Boro Kabupaten Konawe Selatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas, yaitu penelitian yang berusaha mengkaji masalah-masalah
tertentu dan berusaha untuk mengatasi dengan implementasi tindakan yang
dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.
B. Setting
Penelitian
Penelitian ini
akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di kelas V SD
Negeri 2 Boro-Boro dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari 17 laki-laki dan 15
perempuan.
C. Faktor
yang Diteliti
Faktor yang diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Faktor siswa: untuk melihat hasil
belajar siswa dalam mempelajari IPA khususnya pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya.
2.
Faktor guru: untuk melihat bagaimana
teknik guru dalam penggunaan metode eksperimen.
D.
Definisi
Operasional dan Indikator Penilaian
1.
Definisi
Operasional
a)
Metode eksperimen adalah suatu metode
pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok untuk berlatih
melakukan suatu proses atau percobaan.
b)
Hasil belajar IPA adalah hasil belajar siswa yang diperoleh setelah diberikan tes
siklus I dan tes siklus II pada pembelajaran metode eksperimen
2.
Indikator
Penilaian
a)
Penilaian aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran metode eksperimen dibuat dalam bentuk lembar observasi guru dan
siswa.
b)
Penilaian hasil belajar siswa dibuat
dalam bentuk tes tertulis uraian.
E. Rencana
Tindakan
Penelitian
tindakan ini direncanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan. Adapun langkah-langkah pada siklus penelitian ini
adalah:
Evaluasi
|
Analisis
Data I
|
Pelaksanaan
Tindakan II
/Observasi
|
Evaluasi
|
S
I
K
L
U
S
II
|
Alternatif
Pemecahan
(Rencana
Tindakan II)
|
Siklus
selanjutnya
|
Belum Terselesaikan
|
Refleksi I
|
Belum
terselesaikan
|
Terselesaikan
|
Analisis
Data II
|
Pelaksanaan
Tindakan I /Observasi
|
Alternatif
Pemecahan
(Rencana
Tindakan I)
|
S
I
K
L
U
S
I
|
Terselesaikan
|
Refleksi II
|
Permasalahan
|
(Tim Proyek PGSM, 1999:27)
Keterangan:
Adapun prosedur penelitian tindakan ini meliputi:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
Tindakan
3. Observasi
dan Evaluasi
4. Refleksi
dalam setiap siklus
Secara
rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:
a) Pada
siklus I kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan;
kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:
a) Membuat
skenario pembelajaran berupa rancangan perbaikan pembelajaran (RPP).
b) Membuat
lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas
ketika penerapan metode eksperimen.
c) Menyiapkan
lembar kerja siswa (LKS) untuk siklus I
d) Menyiapkan
alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami
konsep-konsep IPA khususnya pada materi pokok Sifat-sifat Cahaya dengan
baik.
e) Mendesain
alat evaluasi untuk melihat apakah materi IPA khususnya pada materi pokok
Sifat-sifat Cahaya telah dikuasai siswa.
f) Menyiapkan
jurnal.
2) Pelaksanaan
tindakan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah dibuat.
3) Observasi
dan evaluasi; pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dan melakukan evaluasi.
4) Refleksi;
hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan serta
dianalisis dalam tahap ini kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
b)
Pada
siklus II kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan;
kegiatan pada tahap ini meliputi:
a. Menetapkan,
merumuskan kenggulan dan kelemahan yang ditemukan pada siklus I.
b. Meninjau
kembali skenario pembelajaran berupa rencana perbaikan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada siklus II.
c. Menyiapkan
lembar kerja siswa (LKS) untuk siklus II.
d. Menyusun
alat evaluasi berupa tes hasil belajar, lembar observasi aktivitas siswa pada
proses pembelajaran dan lembar observasi kemampuan pengelolaan pengajaran guru
dalam menerapkan metode eksperimen.
2) Pelaksanaan
tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat.
3)
Observasi dan evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan melakukan evaluasi.
4)
Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tahap
observasi dan evaluasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini untuk
mengetahui apakah kegiatan yang telah direncanakan telah terlaksana dengan
baik. Selain itu, kegiatan refleksi ini juga bertujuan untuk menganalisis data
pada akhir siklus.
F. Sumber,
Jenis dan Teknik
Pengambilan Data
1. Sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru.
2. Jenis
data: jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif yang diperoleh dari lembar
observasi dan data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar.
3. Teknik
Pengambilan Data
a) Data
mengenai aktivitas siswa dan guru diambil dengan menggunakan lembar observasi.
b) Data
mengenai hasil belajar siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.
G. Teknik Analisis Data
Adapun langkah dalam menganalisa
hasil belajar siswa sebagai berikut:
a. Membuat
tabulasi data.
b. Menentukan
hasil belajar siswa dengan rumus:
c.
Menentukan nilai minimum dan nilai
maksimum.
d.
Menentukan nilai rata-rata hasil belajar
menggunakan rumus:
Nilai rata-rata
(Sudjana, 2000: 172).
Sedangkan data hasil
pengamatan aktivitas guru dan siswa melalui lembar observasi diolah secara
manual kemudian dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel persentase.
Persentase ketuntasan
x 100%
H.
Indikator Kinerja
Keberhasilan penelitian
ini dapat dilihat dari dua segi yaitu sebagai berikut:
1.
Indikator proses: yaitu meningkatnya aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran dengan indikator keberhasilan ≥ 85%.
2.
Indikator hasil belajar: yaitu meningkatnya hasil belajar siswa pada materi
pokok Sifat-sifat Cahaya dengan indikator keberhasilan yaitu minimal 75% siswa
telah memenuhi nilai ≥ 70. Hal ini merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan oleh SD Negeri 2 Boro-boro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar