Rabu, 06 Juni 2012

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TANAH, AIR DAN ALAM SEKITAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI KELAS V SD NEGERI TIMBALA KEC. POLEANG KABUPATEN BOMBANA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori

1.      Belajar dan Pembelajaran

Inti dari kegiatan pendidikan adalah suatu proses belajar, karena dengan belajar tujuan pendidikan akan tercapai. Oleh karena itu kegiatan belajar sangat penting karena berhasil tidaknya seseorang untuk menempuh pendidikan sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan belajarnya. Melalui proses belajar seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya maupun yang ada pada lingkungannya guna meningkatkan taraf  hidupnya.
Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Gredler dalam Angkowo (2007:47) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang telatif dan permanen dari suatu kecenderungan. Hamalik (2003:27) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingatkan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.
Selanjutnya Winkel dalam Angkowo (2007:48) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan perubahan yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Dari pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang mengakibatkan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungannya.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengmbangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah  usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi  siswa dengan sumber belajar lainya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009: 17).
Menurut Soemosasmito dalam Trianto (2009:20) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu:
1)        Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;
2)        Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa;
3)        Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan
4)        Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas  yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4).
Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Hasil Belajar IPA

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan pada pembahasan awal dapat dijelaskan bahwa hasil belajar sebagai suatu hasil yang dicapai pada kegiatan karena adanya penambahan pengetahuan dan perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan teratur.  Dengan demikian, hasil belajar adalah juga menyangkut skor atau nilai hasil belajar siswa itu sendiri.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :
1.    Faktor internal (dari dalam individu yang belajar).  
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2.    Faktor eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap (Angkowo, 2007: 51).
Hasil belajar IPA diperoleh dari suatu proses belajar IPA. Jadi hasil belajar IPA merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan suatu proses belajar IPA. Winkel dalam Angkowo (2007:51) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dihasilkan oleh murid menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.  Sebagai wujud dari adanya perubahan itu dapat dilihat dari hasil belajar yang dihasilkan oleh murid terhadap pertanyaan/persoalan tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diartikan bahwa hasil belajar IPA adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai siswa dalam belajar IPA.
3. Konsep Pembelajaran Materi Pokok Tanah, Air dan Alam Sekitar
Tanah merupakan hasil proses pelapukan dan merupakan campuran batu-batuan lapuk dan humus. Humus adalah bahan yang dihasilkan oleh penghancuran sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang merupakan hara (nutrient) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Humus bercampur dengan lempeng dan pasir, memperkaya bahan-bahan makanan dalam tanah. Bahan-bahan lain juga terdapat di dalam tanah, misalnya udara, air, dan makhluk hidup (Sumardi, 2009:123).
Menurut Prihantoro dalam Sumardi (2009:125) mengatakan bahwa pengambilan air tanah makin lama makin bartambah besar karena pertumbuhan penduduk yang memerlukan tempat tinggal baru. Pembangunan perumahan di pinggiran kota makin lama makin pesat, sehingga membutuhkan air tanah juga makin meningkat. Perbedaan kepentingan kadang-kadang menimbulkan pertentangan antara beberapa pihak. Petani tetap membutuhkan air untuk pertanian, sementara pengembangan perumahan kadang-kadang membangun kompleks perumahan di kawasan pertanian yang subur.
Sumber daya alam terdiri dari yang dapat diperbaharui (yaitu: tanah dan air) serta sumber daya alam yang tidak dapt diperbaharui (yaitu: mineral, batubara, minyak bumi dan gas alam). Cara-cara pengendalian erosi antara  lain pembajakan minimum, pertanian kontur, penanaman dalam barisan, terasering, reklamasi selokan liar, dan lajur pelindung. Cara-cara mencegah penurunan hara antara lain penggunan organik, penggnaan pupuk buatan, dan penanaman bergilir (Sumardi, 2009:127).

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada penggunaan kelompok-kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Trianto, 2009:56).
Johnson-Johnson dalam Trianto (2009:57) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.  Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang anggotanya 4 sampai 5 orang siswa dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.  Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif  adalah : 1) saling ketergantungan yang positif, 2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu, 3) heterogen, 4) berbagi kepemimpinan, 5) berbagi tanggung jawab, 6) ditekankan pada tugas dan kebersamaan, 7) mempunyai ketrampilan dalam hubungan sosial, 8) guru mengamati, dan 9) efektivitas tergantung pada kelompok 
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yaitu:
1.    Berkaitan dengan hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik yang berkaitan dengan materi pelajaran.
2.    Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang seperti perbedaan ras, budaya, kelas sosial, agama, kemampuan maupun ketidakmampuan, dan memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugasnya.
3.    Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi (Ibrahim dkk, 2000:7-9).

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Salah satu tipe pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD. Metode STAD ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins.  Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan tipe STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.  Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemauan (tinggi, sedang, rendah). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.  Tiap siswa dan tiap Tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih hasil tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan (Trianto, 2009:55).
Menurut Slavin dalam Wena (2009:193) model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah tipe model pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen baik kemampuan (tinggi, sedang, rendah), jenis kelamin, maupun ras dan etnik dengan beranggotakan 4-5 orang, diskusi LKS secara kolaboratif, sajian-persentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward (penghargaan). Sehingga dari sintaks guru dapat membuat langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
1)   Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2)   Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.
3)   Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
4)   Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
5)   Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6)   Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
7)   Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Masih menurut Slavin dalam Widyantini (2006:15) guru memberikan penghargaan pada kelompok diskusi berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dijelaskan sebagai berikut:
Langkah – langkah memberi penghargaan kelompok:
1)        Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
2)        Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini.
3)        Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini :




Tabel 1. Kriteria Penilaian Kuis Dalam STAD
Kriteria
Nilai Peningkatan
Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin dibawah nilai awal
5
Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai 10 poin dibawah nilai awal
10
Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 diatas nilai awal
20
Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 poin diatas nilai awal
30
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, hebat, dan super.
Kriteria untuk status kelompok :
Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15).
Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20).
Hebat, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25).
Super, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25).
Sudikin (2002:16) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1)   Siswa lebih mampu mendengar, menghormati, serta menerima orang lain.
2)   Siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya juga perasaan orang lain.
3)   Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain.
4)   Siswa mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang  lain  dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti.
5)   Mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif, bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi.
B.       Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh I Made Surianta pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Banjarangkan dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dalam pembelajaran.
C.      Kerangka Berpikir
Proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Agar prestasi belajar yang baik dapat tercapai maka harus diupayakan seluruh faktor yang ada dapat mendukung  proses   belajar seorang siswa. Demikian pula halnya dengan proses belajar IPA.
Penggunaan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan kreativitas belajar IPA sangat penting sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang secara prosedural dirancang untuk dapat dapat  membangkitkan minat dan kreativitas balajar siswa. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang menggutamakan kerja sama antara  kelompok- kelompok kecil dalam mempelajari materi pelajaran melalui diskusi memungkinkan siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pemantauan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan kelompok memungkinkan guru dapat lebih mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan guru dapat memberikan bimbingan secara langsung kepada siswa tersebut, dengan demikian akan jarang ditemukan siswa-siswa yang  tidak memahami materi pelajaran ketika materi pelajaran disajikan.
D.      Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Tanah, Air dan Alam Sekitar di kelas V SD Negeri Timbala Kec. Poleang Kabupaten Bombana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts