PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA
KELAS V SD NEGERI LALINGATO
KECAMATAN
TIRAWUTA
KABUPATEN
KOLAKA
PROPOSAL
EVAYANA
A1B4 08 147
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
univeRsitas HALUOLEO
kendari
2011
PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul :
Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual
Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Lalingato Kecamatan
Tirawuta Kabupaten Kolaka
Nama : Evayana
NIM : A1B4 08 147
Telah diperiksa dan
disetujui untuk dipertahankan di hadapan panitia Ujian Skripsi pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Haluoleo.
Pembimbing I Pembimbing
II
Drs. La Anse, S.Pd.,
M.Pd Drs.
Surdin, M.Pd
NIP.19561231
1985033 1 019 NIP.19601231
198903 1 024
Mengetahui,
a.n Dekan FKIP
Ketua Jurusan Ilmu pendidikan
Drs. La Anse, S.Pd., M.Pd
NIP.19561231
1985033 1 019
PERNYATAAN
KEASLIAN SKRIPSI
Dengan
ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli, merupakan hasil
karya saya sendiri, tidak pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademik di perguruan tinggi mana pun, dan tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
dikutip dalam skripsi ini dan disebutkan sumber kutipan dan daftar pustakanya.
Apabila
di kemudian hari ditemukan bahwa dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
adanya unsur-unsur plagiasi, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar
akademik yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kendari, Desember 2011
Penulis,
Evayana
A1B4
08 147
PENGESAHAN SKRIPSI
Telah diterima oleh Panitia Ujian Skripsi pada Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo, sesuai surat keputusan Dekan FKIP
Universitas Haluoleo,
Nomor :
2564/SK/UN29.1/PP/2011
Hari/tanggal : Senin, 31 Oktober 2011
Panitia Ujian
Ketua : DR. H. Barlian, M.Pd
(………………………)
Sekretaris : Muh. Abas, S.Pd., M.Si (………………………)
Anggota :
1. Drs. Jamiluddin, M.Hum (………………………)
2. Drs. Ratulangi, M.Pd (………………………)
3. Drs. La Anse, S.Pd., M.Pd (………………………)
4. Drs. Surdin, M.Pd (………………………)
Kendari, Desember 2011
Disahkan
Oleh:
Dekan
FKIP Unhalu
DR.
H. Barlian, M.Pd
Nip.
19590927 198603 1 004
ABSTRAK
Evayana (2011), ”Penerapan
Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa
Kelas V SD Negeri Lalingato Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka”. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP
Universitas Haluoleo. Pembimbing: (1) Drs. La Anse, S.Pd., M.Pd., dan (2) Drs.
Surdin, M.Pd.
Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: apakah penerapan model
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas V SD Negeri Lalingato kecamatan Tirawuta kabupaten Kolaka. Tujuan penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model
pembelajaran kontekstual kelas V SD Negeri Lalingato kecamatan Tirawuta
kabupaten Kolaka. Manfaat penelitian ini adalah: (1) bagi
guru, dapat mengetahui model pembelajaran yang dapat memperbaiki
dan meningkatkan hasil belajar IPS
sehingga konsep-konsep IPS yang diajarkan dapat dikuasai siswa
dengan baik; (2) bagi
siswa, membantu siswa kelas V SD Negeri Lalingato kecamatan Tirawuta
kabupaten Kolaka dalam upaya meningkatkan hasil
belajarnya terhadap pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kontekstual; (3) bagi sekolah, menjadi bahan masukan dalam memilih model pembelajaran yang dapat memperbaiki kualitas
pembelajaran IPS di sekolah. Berdasarkan hasil tes tindakan siklus I
diperoleh bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara perorangan terhadap
materi pelajaran IPS sebesar 66,67% atau sebanyak 10 siswa yang memperoleh
nilai > 65 dengan nilai rata-rata 64,86 sedangkan hasil evaluasi
tindakan siklus II diperoleh bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara perorangan
terhadap materi pelajaran IPS sebesar 86,67% atau sebanyak 13 siswa yang
memperoleh nilai > 65 dengan nilai rata-rata 70,13. Hal ini mengalami
peningkatan pada siklus I sebesar 29,16% dari siklus I. sedangkan persentase
ketuntasan aktivitas mengajar guru pada siklus I sebesar 75% dan siklus II
sebesar 100%. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pada siklus II sebesar
25% dari siklus I dan telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan
dan persentase ketuntasan aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 70,83%
dan siklus II sebesar 95,83%. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan pada
siklus II sebesar 25% dari siklus I dan telah mencapai indikator kinerja yang
telah ditetapkan. Dari hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada setiap
siklus tindakan, maka dapat disimpulkan melalui
penerapan model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Lalingato kecamatan
Tirawuta kabupaten Kolaka.
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah
yang diberikan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan.
Penulis
menyadari bahwa seluruh rangkaian kegiatan penelitian mulai dari tahap
penyusunan proposal hingga penyelesaian penyusunan skripsi ini senantiasa
mendapat bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Drs. La Anse, S.Pd., M.Pd, selaku
pembimbing I dan Drs. Surdin, M.Pd, selaku pembimbing II atas segala waktu yang
diluangkan untuk membimbing dan memberikan arahan-arahan kepada penulis hingga
selesainya skripsi ini.
Ucapan
terima kasih juga penulis haturkan kepada berbagai pihak yang langsung maupun
tidak langsung membantu penulis terutama kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S.
selaku Rektor Universitas Haluoleo yang telah memberikan kesempatan untuk
melanjutkan studi di Universitas Haluoleo.
2.
Dr. H. Barlian, M.Pd. selaku Dekan FKIP
Universitas Haluoleo telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi di
program studi PGSD S1 Universitas Haluoleo.
3.
Drs. La Anse, S.Pd., M.Pd selaku Ketua
Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah membantu dalam hal akademik.
4.
Dra. Dorce Banne Pabunga, M.Pd selaku
ketua Program Studi PGSD yang telah member kesempatan belajar di Program Studi
PGSD S1.
5.
Dosen serta staf administrasi dalam lingkungan
FKIP Universitas Haluoleo.
6.
Dewan guru SD Negeri Lalingato yang
turut membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
7.
Mahasiswa
program studi S1 PGSD Integrasi yang telah memberikan motivasi, saran, dan doa
sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Terkhusus tulisan ini penulis persembahkan sebagai tanda
bukti kesyukuran kepada Allah SWT dalam menuntut ilmu dan ungkapan rasa sayang
yang tak terhingga kepada ayah dan bunda tercinta Abdul
Gani dan Sitti Oming yang senantiasa
memberikan inspirasi, semangat, motivasi dan do’anya yang begitu berarti dalam
penyusunan skripsi.
Semoga
Allah SWT membalas budi baik dari semua pihak yang telah turut membantu penulis
dan semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Kendari, Desember 2011
Penulis
Daftar isi
Halaman
Halaman
Judul ........................................................................................ i
PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... iii
pengesahan
SKRIPSI ............................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
Daftar
isi .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
Daftar lampiran..................................................................................... xii
BAB I Pendahuluan
A.
Latar
Belakang........................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ...................................................................... 3
C.
Tujuan
Penelitian ……............................................................. 3
D.
Manfaat
Penelitian ..................................................................... 4
BAB II Kajian Pustaka
- Kajian Teoritik
1. Teori Belajar dan Pembelajaran.............................................. 5
2. Model
Pembelajaran Kontekstual........................................... 7
3. Teori Hasil
Belajar.................................................................. 13
4. Hakekat dan
Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial......... 16
B. Hasil
Penelitian yang Relevan.................................................... 19
C. Kerangka
Berpikir....................................................................... 20
D. Hipotesis Tindakan..................................................................... 21
bab iii METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian........................................................................... 22
B.
Waktu
dan Tempat Penelitian ................................................... 22
C.
Faktor
yang di Teliti................................................................... 22
D.
Prosedur
Penelitian .................................................................... 22
E.
Jenis
Data dan Sumber Data...................................................... 25
F.
Teknik
Pengumpulan dan Analisis Data .................................... 25
G.
Indikator
Kinerja ....................................................................... 27
BAB
IV Hasil Penelitian dan pembahasan
A.
Hasil
Penelitian……………….. ..……………………………..
28
B.
Pembahasan……...
……………………………………………. 42
BAB
V penutup
A.
Kesimpulan................................................................................. 48
B.
Saran........................................................................................... 49
Daftar pustaka ....................................................................................... 50
LAMPIRAN
daftar Tabel
No. Judul Tabel
Halaman
1.
Sintaks Model Pembelajaran
Kontekstual.......................................................... 11
2.
Nilai Siswa Kelas V SD Negeri Lalingato pada Tes
Siklus I ............................ 34
3.
Nilai Siswa Kelas V SD Negeri Lalingato pada Tes
Siklus II ........................... 40
daftar GAMBAR
No. Judul Gambar
Halaman
1.
Kerangka Berpikir............................................................................................... 21
2.
Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 25
daftar lampiran
No. Judul Lampiran Halaman
1.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 51
2.
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus I Petemuan
Pertama ..... 52
3.
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Petemuan Pertama ... 57
4.
Lembar Observasi Guru Pembelajaran Kontekstual
Siklus I
Pada Pertemuan Pertama.......................................................................... 62
5.
Lembar Observasi Siswa Pembelajaran
Kontekstual Siklus I
Pada Pertemuan Pertama.......................................................................... 64
6.
Lembar Observasi Guru Pembelajaran
Kontekstual Siklus I
Pada Pertemuan Kedua............................................................................. 66
7.
Lembar Observasi Siswa Pembelajaran
Kontekstual Siklus I
Pada Pertemuan Kedua............................................................................. 68
8.
Lembar Observasi Guru Pembelajaran
Kontekstual Siklus II
Pada Pertemuan Pertama.......................................................................... 70
9.
Lembar Observasi Siswa Pembelajaran
Kontekstual Siklus II
Pada Pertemuan Pertama.......................................................................... 72
10.
Lembar Observasi Guru Pembelajaran
Kontekstual Siklus II
Pada Pertemuan Kedua............................................................................. 74
11.
Lembar Observasi Siswa Pembelajaran
Kontekstual Siklus II
Pada Pertemuan Kedua............................................................................. 76
12.
Tabel
peningkatan aktivitas Mengajar Guru Selama pembelajaran .......... 78
13.
Tabel
peningkatan aktivitas belajar siswa Selama pembelajaran .............. 79
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di SD. Kajian IPS meliputi dua
kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Kajian pengetahuan sosial
meliputi lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan. Sedangkan kajian
sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga
sekarang. Kenyataanya, sekarang pelajaran ilmu pengetahuan sosial seolah-olah
hanya bersifat pengetahuan saja, sehingga asing bagi kehidupan sehari-hari,
guru jarang mengaitkan pengetahuan yang dipelajari dihubungkan dengan fenomena
sehari-hari. Di samping itu guru dalam mengajarkan suatu topik IPS, mereka
kurang paham apa manfaat siswa belajar topik IPS tersebut bagi kehidupan anak.
Banyak faktor penyebab sehingga siswa
tidak memahami dengan baik materi IPS yang diajarkan guru. Salah satu faktor penyebabnya
adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyajikan materi.
Penggunaan satu jenis model pembelajaran tertentu untuk mengajarkan suatu pokok
bahasan dalam suatu pelajaran dapat menyebabkan siswa jenuh sehingga tidak
tertarik lagi mengikuti pembelajaran tersebut.
Sejalan dengan uraian di atas, terlihat
bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan sangat efektif jika diarahkan pada
obyek siswa yang belajar yaitu penataan proses belajar siswa, model dan tehnik
belajar guru dengan asumsi bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan, proses
belajar siswa, model dan tehnik mengajar guru harus dibenahi secara seksama dalam
hal ini adalah proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, kebanyakan
siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan ke dalam situasi kehidupan
nyata. Hal ini yang menyebabkan siswa merasa sulit belajar karena pembelajaran
yang kurang bermakna, bila anak belajar terpisah dari pengalaman anak
sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikannya.
Berdasarkan
hasil
belajar siswa pada materi pokok Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tahun
ajaran 2009/2010 diketahui dari
15 orang siswa kelas V hanya sebanyak
9 siswa atau 60% yang memiliki nilai ≥
65 dengan nilai rata-rata 62,31. Ini belum memenuhi Kriteria Kelulusan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan oleh SD Negeri Lalingato kecamatan Tirawuta
kabupaten Kolaka yaitu 75% dari jumlah siswa memiliki nilai ≥ 65 secara
perorangan.
Hasil observasi menunjukan bahwa model
pembelajaran yang digunakan guru adalah model pembelajaran konvensional yaitu
model pembelajaran yang terpusat pada guru. Dengan model pembelajaran konvensional
siswa kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam menjawab suatu
permasalahan sehingga kreativitas siswa kurang berkembang karena tidak terbisa
untuk berkerja sama dalam menyelesaikan permasalahan.
Model pembelajaran konvensional diduga
merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas V
SD Negeri Lalingato kecamatan Tirawuta kabupaten Kolaka di mana siswa
cenderung bersikap pasif karena selama pembelajaran berlangsung interaksi guru
dan siswa sangat kurang.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
perlu melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan salah satu model
pembelajaran yaitu model pembelajaran kontekstual di mana model pembelajaran
ini merupakan model pembelajaran yang sifatnya membantu guru untuk
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan siswa diberi
kesempatan untuk berdiskusi dalam menjawab permasalahan yang diajarkan sehingga
kreativitas siswa dapat berkembang dan dapat terbiasa untuk bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ilmu pengetahuan sosial (IPS) kelas V SD Negeri Lalingato kecamatan Tirawuta kabupaten
Kolaka melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penerapan model
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas V SD Negeri Lalingato kecamatan Tirawuta kabupaten Kolaka?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model
pembelajaran kontekstual kelas V SD Negeri Lalingato kecamatan Tirawuta kabupaten
Kolaka.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian
ini adalah:
1.
Bagi guru, dapat mengetahui model pembelajaran
yang dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil
belajar IPS sehingga konsep-konsep IPS yang
diajarkan dapat dikuasai siswa dengan baik.
2.
Bagi siswa, membantu siswa kelas V SD Negeri Lalingato kecamatan Tirawuta
kabupaten Kolaka dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya terhadap pembelajaran IPS melalui melalui model pembelajaran kontekstual
3.
Bagi sekolah, menjadi
bahan masukan dalam memilih model pembelajaran yang dapat memperbaiki kualitas
pembelajaran IPS di sekolah.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Kajian
Teoritik.
1.
Teori Belajar
dan Pembelajaran
Inti dari kegiatan pendidikan
adalah suatu proses belajar, karena dengan belajar tujuan pendidikan akan
tercapai. Oleh karena itu kegiatan belajar sangat penting karena berhasil tidaknya
seseorang untuk menempuh pendidikan sangat ditentukan oleh baik tidaknya
kegiatan belajarnya. Melalui proses belajar seseorang dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya maupun yang ada pada lingkungannya guna meningkatkan
taraf hidupnya.
Gredler dalam Angkowo
(2007:47) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang telatif dan
permanen dari suatu kecenderungan. Selanjutnya Winkel dalam Angkowo (2007:48)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan pengetahuan,
keterampilan, nilai, sikap dan perubahan yang bersifat relatif konstan dan
berbekas.
Slameto (2007:2) menyatakan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungannya.
Dari pengertian belajar di
atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang mengakibatkan bertambahnya pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh dari interaksi individu dengan
lingkungannya.
Konsep pembelajaran dalam dunia pendidikan dewasa ini
terus berkembang seiring dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pemahaman istilah
”pembelajaran” tidak terbatas pada kegiatan guru mengajar atau membelajarkan siswa
di kelas, tetapi telah digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang spesifik,
misalnya pembelajaran berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual,
pembelajaran terpadu, pembelajaran tematik, pembelajaran konvensional,
pembelajaran konstuktivis, dan sebagainya.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan
manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran
secara simple dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks,
pembelajaran hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan
interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya)
dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan (Trianto, 2007: 17).
Winkel dalam Slameto (2007:6) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang
dirancang untuk mendukukng proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara saksama dengan maksud
agar terjadi belajar yang berhasil guna.
Pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan
dikendalikan pelaksanaannya.
Menurut Soemosasmito dalam
Trianto (2009:20) suatu pembelajran dikatakan efektif apabila memenuhi
persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu:
1)
Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi
dicurahkan terhadap KBM;
2)
Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang
tinggi diantara siswa;
3)
Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan
kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan
4)
Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan
positif, mengembangkan struktur kelas
yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4).
Dari makna ini jelas terlihat bahwa
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik,
dimana diantara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah
menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.
Model
Pembelajaran Kontekstual
a.
Konsep
Dasar Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006: 255).
Pembelajaran kontekstual merupakan
konsep dasar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota kelurga dan masyarakat. Dengan
konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa. Siswa belajar dan
mengalami transfer ilmu dari guru dan ke siswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan dari pada hasil.
Menurut
Sanjaya (2006:268), pembelajaran kontekstual memiliki 7 (tujuh) azas yaitu :
1. Konstruktivisme
(Constructivisme)
Kontruktivisme adalah merupakan membangun atau
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
2. Menemukan
(inkuiri)
Bahwa proses pembelajaran didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
3. Bertanya
(questioning)
Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja akan
tetapi memancing siswa agar dapat menemukan sendiri. Karena
itu peran bertanya sangat penting.
4. Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar
dapat dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa
kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan maupun
bakat dan minatnya.
5. Pemodelan
(Modelling)
Pemodelan merupakan proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa
misalnya bagaimana cara menggunakan thermometer dan lain sebagainya.
6. Refleksi
(Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang
telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui
proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukan ke dalam struktur
kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang
dimilikinya.
7. Penilaian
yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Assesment adalah proses yang dilakukan oleh guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Penilaian dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
b.
Karakteristik
dan Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual
Menurut
Syaefudin (2009:162-164) terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual seperti:
1.
Pembelajaran
merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activtinging knowledge),
artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah
pengetahuan yang memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yamg lainnya.
2.
Pembelajaran
kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan
baru (acquiring knowledge).
Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran
dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan
detailnya.
3.
Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge),
artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan
diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang
pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut.
4.
Mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan
pengalaman yang diperolehnya harus
dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan tingkah
laku yang diperolehnya dari pengetahuan.
5.
Melakukan
refleksi (reflecting knowledge)
terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik untuk proses perbaikan atau penyempurnaan strategi
Adapun sintaks
pembelajaran kontekstual dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual
No
|
Fase
|
Peran Guru
|
1.
|
Menyampaikan tujuan
dan
memotivasi siswa
|
Guru menyampaiakan tujuan/ kompetensi yang ingin dicapai, dan memotivasi siswa untuk belajar
|
2.
|
Menyajikan
informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
3.
|
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
|
4.
|
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
|
5.
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
6.
|
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
(Ibrahim dalam Jumadi. (2000 : 10)
Elaine B.
Jhonson dalam Syaefudin (2009:165-167) mengatakan bahwa dalam model
pembelajaran kontekstual, minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan
yaitu sebagai berikut:
1)
Prinsip
saling ketergantungan, menurut hasil
kajian para ilmuan segala yang ada di dunia ini adalah saling berhubungan dan
tergantung. Begitu pula dala pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan
suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, di tempat kerja,
di masyarakat. Dalam kehidupan di sekolah siswa saling berhubungan dan
tergantung pada guru, kepala sekolah, tata usaha, orang tua siswa, dan
narasumber yang ada di sekitarnya.
2)
Dalam
proses pembelajaran siswa, berhubungan dengan media ajar, sumber belajar,
media, sarana prasarana belajar, iklim sekolah dan lingkungan.
3)
Prinsip
diferensiasi, yang menunjukkan kepada sifat alam yang secara terus menerus
menimbulkan perbedaan, keseragaman, keunikan. Diferensiasi bukan hanya
menunjukkan perubahan dan kemajuan tanpa batas, akan tetapi juga
kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan, saling tergantung dalam
keterpaduan yang bersifat simbiosis atau saling menguntungkan. Apabila para
pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para ilmuan modern bahwa prinsip
diferensiasi yang dinamis ini bukan hanya berlaku dan berpengaruh pada alam
semesta, tetapi juga pada sistem pendidikan. Para pendidik juga dituntut untuk
mendidik, mengajar, melatih, membimbing, sejalan dengan prinsip diferensiasi
dan harmoni alam semesta ini.
4)
Prinsip
organisasi diri, setiap individu atau kesatuan dalam alam semesta ini mempunyai
potensi yang melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dari
yang lain. Tiap hal mempunyai organisasi diri, keteraturan diri, kesadaran
diri, pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau kekuatan hidup, ang
memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas, berbeda dengan yang lainnya.
Prinsip organisasi diri, menuntut para pendidik dan para pengajar di sekolah
agar mendorong tiap siswanya untuk memahami dan menerapkan semua potensi yang
dimilikinya seoptimal mungkin.
3.
Teori Hasil
Belajar
Angkowo
(2007:51) menyatakan bahwa ada tiga ranah (domain hasil belajar, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ranah
kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, kemampuan
memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan
penalaran. Ranah psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan
pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan
gerak fisik. Ranah afektif, merupakan aspek yang berkaitan dengan perasaan,
emosi, sikap, derajad penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Jadi.
hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh setelah terjadinya proses
belajar mengajar yang dapat dinilai melalui tes setelah proses pembelajaran.
Hasil belajar dapat bersifat tetap dalam sejarah
kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi
menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Hasil belajar dapat memberikan
kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut
ilmu di sekolah. Hasil belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah
sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan.
Hasil belajar dapat dinilai dengan cara sebagai berikut:
a. Penilaian
formatif, yaitu kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil
penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
yang sedang atau sudah dilaksanakan.
b. Penilaian
sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi
sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan
pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.
Dalam
kegiatan pengukuran hasil belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan yang harus
dipecahkan atau dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah
yang belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa. Agar dapat memberikan
informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian
terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan
banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar menurut Bloom
dalam
Angkowo (2007:55) mencakup
tiga aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Dalam penelitian ini yang
ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, dan
penerapan.
Berdasarkan penilaian yang
dilaksanakan guru di sekolah, maka hasil belajar IPS siswa dituangkan atau
diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyataan verbal (kualitatif).
Hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 10, 9, 8, dan seterusnya.
Sedangkan hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal
misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan sebagainya (Djuwairiyah, 2007:16).
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan,
maka hasil belajar diperoleh dari usaha belajar yang dilakukan. Hasil belajar
merupakan ukuran keberhasilan usaha belajar yang dilakukan oleh siswa pada
suatu mata pelajaran. Hal ini ditentukan setelah menyelesaikan suatu tes
sehubungan dengan mata pelajaran yang dipelajari. Singkatnya, hasil belajar dapat
dikatakan sebagai hasil akhir yang telah dicapai oleh seseorang setelah
melakukan usaha belajar.
Ahiri (2008:45) menyebutkan hal-hal yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
a.
Faktor Internal Siswa
Faktor
internal siswa adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari
dalam diri siswa itu sendiri. Faktor ini meliiputi dua aspek, yaitu: aspek
fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat
rohaniah.
b.
Faktor Eksternal Siswa
Faktor
eksternal siswa adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang
berasal dari luar diri siswa, yaitu: faktor lingkungan sosial dan lingkungan
non sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksudkan dengan
hasil belajar dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa
kelas V SD Negeri Lalingato Kecamatan Tirawuta
Kabupaten Kolaka setelah mengikuti
proses pembelajaran mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual.
4. Hakikat dan Ruang Lingkup
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial
Achmad Sanusi dalam Sumaatmadja (1979:
9)memberikan batasan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai ilmu sosial
yang tediri dari disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya
dipelajari pada perguruan tinggi yang makinlanjut dan makin ilmiah. Sedangkan
menurut Gross dalam Sumaatmadja (1979: 9) mengatakan bahwa ilmu sosial
merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makhluk sosial
secara ilmiah serta memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat.
Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan
dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.
IPS berkenaan dengan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan
materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan
sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan
pemerintahannya, dan lain sebagainya (Nursid Sumaatmadja, 1979: 11).
b.
Karakteristik Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Martoella dalam Trianto (2007:172)
mengatakan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek
pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS
siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya
berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran
pendidikan IPS harus diformulasikannya pada pokok pendidikannya.
Kosasi dalam Trianto (2007:173),
mengemukakan Konsep IPS yaitu: (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3)
kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik, (6)
pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai
kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity),
(12) kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang
sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada
dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
Pola pembelajaran pendidikan IPS
menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan
pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencecoki atau menjajali siswa dengan
sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya
agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam
memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya,
serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
Trianto
(2007:175) mengemukakan mata pelajaran IPS
memiliki beberapa karakteristik antara
lain sebagai berikut:
a.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik,
kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan
agama.
b.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar
IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi
yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)
tertentu.
c.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar
dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip
sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, stuktur,
proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup seperti pemenuhan
kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan.
c. Tujuan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Trianto (2007:176), tujuan utama
IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program
pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Lebih lanjut Trianto merinci tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut:
a. Memiliki
kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya.
b. Mengetahui
dan pemahaman konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial.
c. Mampu
menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan.
d. Menaruh
perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial.
e. Memotivasi
seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
f. Mempersiapkan
siswa menjadi warga negara yang baik.
g. Menekankan
perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi
pembelajaran IPS yang diberikan.
Pada dasarnya tujuan dari
pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada
siswa untuk mengembangkan diri sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagi bekal siswa
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2007: 174).
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang di maksud adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian yang
dilakukan Asmawan pada
tahun 2009 menyimpulkan bahwa melalui penerapan
pembelajaran kontekstual
hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Unaaha
kabupaten Konawe pada mata
pelajaran IPS dapat
ditingkatkan.
2. Penelitian yang
dilakukan Lisna pada
tahun 2009
menyimpulkan
bahwa hasil belajar IPS siswa
kelas V SD Negeri 15 Raha kabupaten
Muna dapat ditingkatkan
dengan menggunakan metode kontekstual.
3. Penelitian yang
dilakukan Wartini pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar IPS
siswa pada materi pokok berorganisasi kelas
V di SD Negeri 1 Tapuhaka kabupaten Bombana.
C. Kerangka Berpikir
Untuk
mengajarkan konsep IPS, guru sebaiknya memperhatikan kondisi siswa yang
diajarnya, dalam hal ini kesiapan siswa, perbedaan kemampuan siswa dan tingkah
laku dalam menerima pelajaran serta penggunaan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Menyikapi rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS,
maka guru harus memperhatikan perkembangan intelektual siswa, pengalaman
belajar dan interaksi belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang cocok diterapkan pada
pembelajaran IPS adalah model pembelajaran kontekstual yaitu model pembelajaran
yang sifatnya membantu guru untuk menghubungkan mata pelajaran dengan situasi
dunia nyata dan siswa-siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam menjawab
permasalahan yang diajarkan sehingga kreativitas siswa dapat berkembang dan dapat
terbiasa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
Bagan
1. Kerangka Berpikir
Model Pembelajaran Kontekstual
|
Output
Hasil Pembelajaran
|
Input
Proses
|
Proses
Pembelajaran
|
- Guru
- Fasilitas
Belajar
|
D.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
tinjauan pustaka, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui
penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa kelas V SD Negeri Lalingato Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang
tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga penelitian ini difokuskan
pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
belajar IPS.
B. Setting
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri Lalingato yang terletak di kecamatan Tirawuta kabupaten Kolaka, pada semester genap
tahun pelajaran 2010/2011. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V
dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 7
orang perempuan.
C. Faktor
yang Diteliti
Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Faktor siswa: untuk melihat kemampuan
siswa dalam mempelajari IPS.
2.
Faktor guru: untuk melihat bagaimana
teknik guru dalam menerapkan model pembelajaran kontekstual.
D. Prosedur
Penelitian
Prosedur
penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus dan dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain
dalam faktor yang diselidiki. Dari hasil observasi dan evaluasi awal maka
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti prosedur berikut: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, (4)
refleksi.
Secara rinci
prosedur penelitian tindakan kelas ini untuk tiap siklusnya dijabarkan sebagai
berikut:
Pada
siklus I kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)
Perencanaan; kegiatan yang dilakukan
dalam tahap ini yaitu:
a. Membuat
skenario pembelajaran.
b. Membuat
lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas
ketika model pembelajaran kontekstual diaplikasikan.
c. Menyiapkan
alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami
konsep-konsep IPS dengan baik.
d. Mendesain
alat evaluasi untuk melihat apakah materi IPS telah dikuasai siswa.
e. Menyiapkan
jurnal.
2) Pelaksanaan
tindakan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah dibuat.
3) Observasi
dan evaluasi; pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dan melakukan evaluasi.
4) Refleksi;
hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan serta
dianalisis dalam tahap ini kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
Pada siklus II kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1)
Perencanaan; kegiatan pada tahap ini
meliputi:
a. Menetapkan,
merumuskan kenggulan dan kelemahan yang ditemukan pada siklus I.
b. Meninjau
kembali skenario pembelajaran berupa rencana perbaikan pembelajaran, yang akan
diterapkan pada siklus II.
c. Menyiapkan
lembar kerja siswa (LKS)
d. Menyusun
alat evaluasi berupa tes formatif pada akhir siklus, lembar observasi aktivitas
siswa pada proses pembelajaran dan lembar observasi kemampuan pengelolaan
pengajaran guru dalam menerapkan model pembelajaran kontekstual.
2) Pelaksanaan
tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat.
3)
Observasi dan evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan melakukan evaluasi.
4)
Refleksi
Hasil yang diiperoleh dari tahap
observasi dan evaluasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini untuk
mengetahui apakah kegiatan yang telah direncanakan telah terlaksana dengan
baik. Selain itu, kegiatan refleksi ini juga bertujuan untuk menganalisis data
pada akhir siklus.
Adapun rancangan kegiatan
penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Bagan 2. Rancangan
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
S
I
K
L
U
S
I
|
Alternatif
Pemecahan
(Rencana
Tindakan I)
|
Pelaksanaan
Tindakan II
|
Pelaksanaan
Tindakan I
|
Observasi
I
(Monitoring)
|
Terselesaikan
|
Analisis
Data II
Evaluasi
|
Refleksi II
|
Permasalahan
|
Permasalahan
|
Analisis
Data I
Evaluasi
|
Observasi II
(Monitoring)
|
Belum
Terselesaikan
|
Refleksi I
|
Alternatif
Pemecahan
(Rencana
Tindakan II)
|
S
I
K
L
U
S
II
|
|
|
Pelaporan
|
E. Jenis
Data dan Sumber Data
1. Jenis
data: jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diambil
melalui lembar observasi dan data kuantitatif yang diambil melalui tes hasil
belajar.
2. Sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru.
F.
Teknik
Pengumpulan dan Analisis Data
1.
Teknik Pengumpulan Data
a. Data
tentang proses pelaksanaan model pembelajaran kontekstual diambil
dengan menggunakan lembar observasi.
b. Data
tentang hasil belajar siswa diambil menggunakan tes hasil belajar.
c. Data
tentang refleksi diri diambil dengan menggunakan jurnal.
2.
Teknik Analisis Data
Adapun langkah dalam menganalisa
hasil belajar siswa sebagai berikut:
a.
Membuat tabulasi data.
b.
Menentukan hasil belajar siswa dengan
rumus:
x 100
c.
Menentukan nilai minimum dan nilai
maksimum.
d.
Menentukan nilai rata-rata hasil belajar
menggunakan rumus:
Nilai rata-rata
Ketuntasan hasil belajar siswa telah tercapai bila
minamal 75% dari jumlah siswa telah mencapai nilai rata-rata 65,00 secara
perorangan (KKM
yang ditetapkan sekolah). Sedangkan data hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa melalui lembar observasi
diolah secara manual kemudian dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel
persentase.
G. Indikator
Kinerja
Adapun indikator keberhasilan
penelitian ini dapat dilihat dari dua segi yaitu:
1.
Segi proses: dikategorikan berhasil apabila minimal 85% proses pelaksanaan
tindakan telah sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran.
2.
Segi hasil belajar: dikategorikan berhasil apabila minimal 75% siswa telah
memperoleh nilai ≥ 65 secara perorangan. Hal ini merupakan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang diterapkan di SD Negeri Lalingato Kecamatan Tirawuta
Kabupaten Kolaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar